BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa itu sendiri pun telah
dipelajari sejak dalam kandungan. Dengan kata lainnya kita berbahasa digunakan
setiap hari, mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam. Segala
sesuatu untuk memulai sebuah hal berkomunikasi dengan lingkungan sosial tidak
akan bisa terlepas dari bahasa itu
sendiri. Seperti halnya yang diungkapkan Sibrani (1992:85) Bahasa merupakan
sarana komunikasi antara anggota masyarakat. Bahasa memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia, karena manusia sebagai mahluk biologis harus
berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Dengan bahasa setiap
orang menyampaikan gagasan, perasaan dan sebagainya kepada orang lain, pada
hakikatnya bahasa ialah suatu yang diujarkan. Pesan yang disampaikan melalui
ujaran itu harus disimak agar terjadi komunikasi bahasa, yaitu proses
pengiriman dan penerimaan pesan melalui bahasa. Sistem penyampaian pesan atau
sistem komunikasi yang disampaikan pembicara dapat secara lisan maupun isyarat.
Tentu saja didalam kegiatan berbahasa dan berinteraksi setiap hari dengan lingkungan
komunitas yang beraneka ragam dan berbeda dibutuhkan suatu informasi baru.
Setiap detik berjuta-juta informasi bertambah begitu cepatnya dan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut dibutuhkan suatu ketrampilan
dalam membaca. Membaca merupakan salah satu dari empat komponen ketrampilan
berbahasa. Tarigan (1990:1) menyebutkan keempat ketrampilan berbahasa itu adalah
: 1). Ketrampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), 2). Ketrampilan
berbicara (speaking skills), 3). Ketrampilan membaca (reading skills), 4). Ketrampilan
menulis. Seperti halnya dalam bahasa Jerman juga terdapat keempat ketrampilan
tersebut yaitu : Hören (mendengarkan), Sprechen (berbicara), Lesen(membaca),
dan Schreiben (menulis). Jadi, pada dasarnya keempat ketrampilan berbahasa
tersebut saling melengkapi dalam proses pengajaran bahasa.
Seorang ahli membaca Edward L.Thorndike berkata :
” Reading as thinking and reading as reasoning”, maksudnya bahwa didalam
proses kegiatan membaca itu sebenarya seperti halnya suatu proses ketika
berfikir dan bernalar. Terdapat berbagai pendapat yang menyatakan bahwa membaca
itu merupakan serangkaian proses yang kompleks dan rumit, hal ini menunjukkan
membaca itu adalah kemampuan yang spesifik.
Seperti halnya yang diungkapkan Muijs &
Reynolds (2008:315) pada dasarnya membaca merupakan ketrampilan yang paling
penting dimiliki oleh setiap siswa di sekolah untuk memahami Literacy
(baca-tulis) yang membentuk kemampuan dasar bagi bagi kebanyakan pembelajar
lainnya. Melihat betapa pentingnya peran membaca tersebut, maka dibutuhkan
suatu cara yang bisa membuat membaca itu lebih menarik dan menantang bagi
pembelajar untuk menggunakan kemampuan kognitif mereka dalam memahami wacana.
Dalam banyak permasalahan dalam pengajaran membaca di dalam kelas, diantaranya
kurang adanya pemahaman pembelajar terhadap tema bacaan yang dipelajarinya
karena terbatasnya latar belakang pengetahuan awal atau skemata sebelum
mempelajari suatu tema. Akibatnya, pembelajar kurang aktif dalam memberdayakan
kemampuan mereka dan lebih cenderung mendapatkan informasi yang terbatas dari
guru. Kegiatan membaca akan terasa lebih menarik, jika si pembaca memiliki
gambaran dan pengetahuan sebelumya tentang tema suatu bacaan. Untuk mendapatkan
pengetahuan awal tersebut, pembelajar bisa memperolehnya dengan berbagai sumber
yang bisa diolah dengan baik dan sekreatif mungkin dengan kemampuan
kognitifnya.
Seperti halnya yang di utarakan Prof. Dra. Herawati
Susilo,M.Sc.,Ph.D dalam seminar pendidikannya pada tanggal 26 Juli 2009,
pembelajaran masa depan adalah bagaimana memberdayakan kemampuan berfikir siswa.
Seorang guru hendaknya peduli bagaimana memberdayakan siswa, tidak hanya peduli
dengan apa yang dia belajarkan. Karena pada saat ini pembelajaran berpusat pada
guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis
mengangkat sebuah judul penelitian dengan judul ”Skemata Untuk Meningkatkan
Keterampilan Membaca Pemahaman Bahasa Jerman Siswa SMA”. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini dapat dihasilkan peningkatan keterampilan dalam pengajaran
membaca bahasa jerman dengan berfokus pada keterampilan siswa dalam mendapatkan
informasi tambahan yang sesuai dengan materi pelajaran bahasa Jerman.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka masalah dibatasi dengan tujuan agar tidak
menyimpang dan terarah. Adapaun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu pada
peningkatan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan menggunakan
bacaan bertema Familie.
1.3 Rumusan Masalah
- Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Gedangan-Sidoarjo terhadap keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan skemata?.
1.4 Tujuan Penelitian
- Dapat mendeskripsiakan peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Gedangan-Sidoarjo terhadap
keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan skemata.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam pembelajaran keterampilan
membaca, khususnya bagaimana mengaktifkan pengetahuan siswa dan mengajarkan
kegiatan membaca pemahaman wacana berbahasa Jerman dengan skemata. Penelitian
ini juga dapat menarik penelitian lainnya dalam bidang pengajaran keterampilan
membaca pemahaman dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.