Bleibt Jung und Rebeliert.

Freitag, 2. März 2012

BAB I - PENDAHULUAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa itu sendiri pun telah dipelajari sejak dalam kandungan. Dengan kata lainnya kita berbahasa digunakan setiap hari, mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam. Segala sesuatu untuk memulai sebuah hal berkomunikasi dengan lingkungan sosial tidak akan bisa terlepas dari  bahasa itu sendiri. Seperti halnya yang diungkapkan Sibrani (1992:85) Bahasa merupakan sarana komunikasi antara anggota masyarakat. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena manusia sebagai mahluk biologis harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Dengan bahasa setiap orang menyampaikan gagasan, perasaan dan sebagainya kepada orang lain, pada hakikatnya bahasa ialah suatu yang diujarkan. Pesan yang disampaikan melalui ujaran itu harus disimak agar terjadi komunikasi bahasa, yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan melalui bahasa. Sistem penyampaian pesan atau sistem komunikasi yang disampaikan pembicara dapat secara lisan maupun isyarat.
Tentu saja didalam kegiatan berbahasa dan  berinteraksi setiap hari dengan lingkungan komunitas yang beraneka ragam dan berbeda dibutuhkan suatu informasi baru. Setiap detik berjuta-juta informasi bertambah begitu cepatnya dan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut dibutuhkan suatu ketrampilan dalam membaca. Membaca merupakan salah satu dari empat komponen ketrampilan berbahasa. Tarigan (1990:1) menyebutkan keempat ketrampilan berbahasa itu adalah : 1). Ketrampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), 2). Ketrampilan berbicara (speaking skills), 3). Ketrampilan membaca (reading skills), 4). Ketrampilan menulis. Seperti halnya dalam bahasa Jerman juga terdapat keempat ketrampilan tersebut yaitu : Hören (mendengarkan), Sprechen (berbicara), Lesen(membaca), dan Schreiben (menulis). Jadi, pada dasarnya keempat ketrampilan berbahasa tersebut saling melengkapi dalam proses pengajaran bahasa.
Seorang ahli membaca Edward L.Thorndike berkata : ” Reading as thinking and reading as reasoning”, maksudnya bahwa didalam proses kegiatan membaca itu sebenarya seperti halnya suatu proses ketika berfikir dan bernalar. Terdapat berbagai pendapat yang menyatakan bahwa membaca itu merupakan serangkaian proses yang kompleks dan rumit, hal ini menunjukkan membaca itu adalah kemampuan yang spesifik.
Seperti halnya yang diungkapkan Muijs & Reynolds (2008:315) pada dasarnya membaca merupakan ketrampilan yang paling penting dimiliki oleh setiap siswa di sekolah untuk memahami Literacy (baca-tulis) yang membentuk kemampuan dasar bagi bagi kebanyakan pembelajar lainnya. Melihat betapa pentingnya peran membaca tersebut, maka dibutuhkan suatu cara yang bisa membuat membaca itu lebih menarik dan menantang bagi pembelajar untuk menggunakan kemampuan kognitif mereka dalam memahami wacana. Dalam banyak permasalahan dalam pengajaran membaca di dalam kelas, diantaranya kurang adanya pemahaman pembelajar terhadap tema bacaan yang dipelajarinya karena terbatasnya latar belakang pengetahuan awal atau skemata sebelum mempelajari suatu tema. Akibatnya, pembelajar kurang aktif dalam memberdayakan kemampuan mereka dan lebih cenderung mendapatkan informasi yang terbatas dari guru. Kegiatan membaca akan terasa lebih menarik, jika si pembaca memiliki gambaran dan pengetahuan sebelumya tentang tema suatu bacaan. Untuk mendapatkan pengetahuan awal tersebut, pembelajar bisa memperolehnya dengan berbagai sumber yang bisa diolah dengan baik dan sekreatif mungkin dengan kemampuan kognitifnya.
Seperti halnya yang di utarakan Prof. Dra. Herawati Susilo,M.Sc.,Ph.D dalam seminar pendidikannya pada tanggal 26 Juli 2009, pembelajaran masa depan adalah bagaimana memberdayakan kemampuan berfikir siswa. Seorang guru hendaknya peduli bagaimana memberdayakan siswa, tidak hanya peduli dengan apa yang dia belajarkan. Karena pada saat ini pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis mengangkat sebuah judul penelitian dengan judul ”Skemata Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Bahasa Jerman Siswa SMA”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dihasilkan peningkatan keterampilan dalam pengajaran membaca bahasa jerman dengan berfokus pada keterampilan siswa dalam mendapatkan informasi tambahan yang sesuai dengan materi pelajaran bahasa Jerman.

1.2  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dibatasi dengan tujuan agar tidak menyimpang dan terarah. Adapaun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan menggunakan bacaan bertema Familie.
1.3  Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Gedangan-Sidoarjo terhadap keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan skemata?. 
1.4  Tujuan Penelitian
  1. Dapat mendeskripsiakan peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Gedangan-Sidoarjo terhadap keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman dengan skemata.  
1.5  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam pembelajaran keterampilan membaca, khususnya bagaimana mengaktifkan pengetahuan siswa dan mengajarkan kegiatan membaca pemahaman wacana berbahasa Jerman dengan skemata. Penelitian ini juga dapat menarik penelitian lainnya dalam bidang pengajaran keterampilan membaca pemahaman dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

© Die Rosarote Brille, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena