
Perjalanan seakan bertebar begitu saja.....sampai saat ini aku belum percaya telah menginjakkan kaki di negara seribu kutukan bahasa. Tuhan telah mengutuknya, dan aku akan mengenangnya, belajar dari mereka, hidup dengan mereka, berjaringan dengan mereka, terkadang tak segan aku mengumpati mereka.....
Kereta berjalan pelan (menurutku), meskipun kereta berjenis ICE yang lumayan mentereng. Entah mimpi darimana dapat gratisan tiket Zug ICE dua kali PP.... Lucky me.
Begini ya rasanya naik kereta mahal,,,,tak kusangka tak kuduga. Dulu.... ya dulu cuma bisa membaca buku ensiklopedi angkutan Eropa dan manggut-manggut pura-pura tahu sekaligus faham. Wow!. Sambil berimajinasi dan mengada-ada, dari mengada-ada yang tiada timbullah cuma angan-angan tong kosong.
Itulah kekuatan mimpi. Dan terima kasih Tuhan telah memeluk mimpiku. Dari mimpi itu, muncullah tulisan ini. Pelan tapi nyaman mulai kutulis, kutekan tombol-tombol keyboard di atas kereta ini. Sambil membunuh waktu yang membosankan selama perjalanan yang lumayan lama. Hmmm....kucoba melukiskan apa yang aku lihat, meski sedikit berantakan dan amburadul.
Berantakan dan amburadul. Begitulah....memang seperti itu. Meloncat kesana kemari, berceceran bukan karena jalan yang tak rata. Eropa gitu.....jalan selalu rata dan semulus pantat model ingusan sekalipun. Saking mulusnya, tak dapatlah kamu melihat bisul-bisul yang sebenarnya tampak jelas, tapi butuh waktu dan proses untuk memahaminya.
Bukannya super ego atau terlalu sarkasme. Ingat, aku membutuhkan sarkasme untuk melawan rayuan eufimisme yang menyesatkan. Seperti mereka.
Musim panas. Memang menarik. Semua suasana menjadi hijau tapi aneh. Saatnya orang-orang keluar dari rumah, menenteng ransel, menikmati musim yang cuma bertahan dalam gigitan jari. Setelah menghilang nanti, tak heran banyak yang menghisap jari dan menjadi kelabu.
Seperti cerita lama....lagi-lagi aku sendiri yang berkulit coklat dan bermuka asia. Minoritas. Hiduplah Minoritas!!! Just Shine On, Minority!!!. Itulah kata-kata yang selalu aku gemuruhkan sendiri. Dalam batin. Setiap mata memandang ke arahku. Dan mulailah kugumamkan kata-kata mutiara teindah buat mereka. Hallo, Leute!! alles klar?? Du, ja du bist echt scheiß!!, ada yang anehkah?. Pandangan yang menyelidik, pandangan curiga. Well, yang penting aku disini tak mencuri hasil pajak yang mereka bayar setiap persennya....maklum. Mereka pasti berfikir seperti ini, kurcaci-kurcaci Asia yang terbelakang....pasti pikiran dan nyalimu kecil sekecil tubuhmu. Kurcaci-kurcaci yang mencari suaka dari mereka. Hallo.... blöde Meinung!!!.
Dan mereka menurut hematku adalah lemari-lemari es penuh lemak yang selalu khawatir akan kalori. Berbadan besar seperti babi-babi guling yang tak berdaya di atas Schwenker.
Selanjutnya, melompat sebentar ke arah di luar jendela kereta....indah bukan. Rumah-rumah dengan cerobong asapnya berjejer seperti tiang jemuran. Kincir-kincir angin raksasa sumber tenaga listrik. Persis di film-film kartun buatan barat. Persawahan dan kebun Erdbeere dan Spargel mulai laris manis rupanya. Sebagian lagi, bertengger sapi-sapi putih dan hitam membentuk pola unik tersendiri diantara hamparan warna hijau yang menakjubkan!!! Oh Eropa.
Ini adalah cerita lain Edensor ku, Edensor ala aku sendiri dari cuma sekedar buku yang aku baca sampai tuntas. Menarik bukan? :)
Memang benar....dan memang benar.... dan aku menyadari... :)
Masih kunikmati perjalanan. Masih kurangkai untuk cerita selanjutnya. Masih kupikir dan kurasa lagi, sesuatu apa lagi yang harus aku bagikan. Sorry.... Battery is 'out of reach'.
Ambil Ranselmu!!!!!!