Tanganku masih limbung untuk memikirkan suatu pepatah atau mencoba model-model baru. Buat apa? entahlah.
Itulah menariknya. Pada dasarnya aku tidak memahami apa yang dia ragukan atas perdebatannya sendiri dengan hatinya.
21.30 PM, bagus. Waktu terus berlanjut, siang terasa lama dan senewen. Sahabat hati saya, si malam tambah senewen lagi. Pandai sekarang korupsi malam, padahal iu tak ku harapkan. Secangkir kopi, pasti. Disini, di pinggir PC dan diantara kertas-kertas yang semrawut tak mau dilimbungkan. Si saraf, yang memang keparat minta ampun semakin menggebu melontarkan kicauan atas ke-senewen-an malam. Termasuk aku.
Termasuk aku. Bukan berarti sama dan meng-iyakan. Bukan berarti menyetujui si saraf bersetubuh dengan si senewen.
Apa jadinya nanti...tak bisa kubayangkan atau tak bisa lagi kutuliskan. Akh,,, lupakan. Tak penting.
Yang lebih penting, besok matahari tak memalukan lagi. Semoga besok matahari bisa membunuh si senewen. Bukannya aku sudah membentuk persengkongkolan rahasia dengan matahari untuk membunuh pelan-pelan suatu koloni terkutuk??
Selamat berjuang, matahariku!!.