Ini mata, mata yang aku percaya sebelum mata orang lain bilang.
Ini mata, mata kananku yang terhandal, sebelum mereka bilang ini uzur.
Sebuah lensa patah. Kemarin dan kemarinnya lagi tepatnya patah. Aku yang mematahkannya.
Tak sengaja.
Atau sengaja juga tak apa, bilang saja seperti itu.
Tapi ini Lensa sederhana, mahal semahal Euro yang saat ini bertanding dan di gunjingkan dengan kebijakan Hartz IV.
Ngawur. Tentu... namanya juga menulis.
Tak perlu pakem yang menjerat. Apalah itu kode etik segalah. Bah!
Baiklah, ini tentang Lensa ku. Maaf telah menjatuhkanmu seribu kali. Mungkin pada dasarnya unsur kesengajaan 100 kali dapat dijadikan alibi kamu dalam keadaan koma seperti ini. Biar aku bisa beli Lensa yang baru, Lensa yang ganteng, se-ganteng mas-mas bule wajah merah kepiting rebus yang tiap hari antar Pos. Hahahahahah.... mabok daku.
Mabok Glühwein tak apalah. Anggap saja Halal.
Sejauh ini, Lensa ini kerap berbunyi **sreekkk....serrrr...sreekk..kkkk**
Akh, sialan. Kasihan kau!!! maafkan aku ya ...
Biarkan, selama matamu terpercaya , selama aku cinta kau se-cintaku sama mas-mas kepiting rebus tadi,,, kamu tetaplah Lensa termahal yang aku punya (selama ini sih).
Tunggu tanggal mainnya, bagaimana nasibmu kemudian ya.... (^^)v