Bleibt Jung und Rebeliert.

Freitag, 27. Januar 2012

Budaya, sasaran empuk menjaring massa?

Nyatanya seperti itu.
Suatu lembaga, instansi pendidikan, atau entah lembaga apa saja itu saat ini lebih seru-serunya ber-promosi melalui 'Budaya'. 
Logikanya seperti ini, jika memang suatu - katakanlah instansi - sudah memiliki kebudayaan yang secara tidak langsung memikat publik, secara otomatis akan lebih mudah mencari massa. Budaya disini bisa melalui berbagai cara, gaya, model, konsep, dan TRIK. Contoh sederhananya melalui musik, film, trend baju, potongan rambut, belajar gratis, beasiswa, dll.... nah yang saya pertanyakan, apakah dengan adanya 'budaya' yang terlebih dahulu melekat di publik bisa benar-benar membuat 'pintar' publik itu sendiri dalam memilah dan mimilih mana yang lebih nyata manfaatnya.
Saya rasa ini sangat membutakan sementara.... tak ada bedanya mana yang berjuang benar-benar di jalur pendidikan dan mana yang berjuang dalam tuntutan pasar?.
Nah.... maka jadilah orang pintar yang memang benar-benar pintar dalam memanfaatkan berbagai tawaran. Pilih tawaran yang benar-benar nyata dan yang tidak neko-neko. Jangan mudah tergiur dengan berbagai konsep budaya yang ujung-ujungnya tidak jelas. Cari informasi sebanyak-banyaknya sebelum anda memilih suatu arah yang pasti. Mari berfikir pintar, Viel Erfolg!!



-dif-




© Die Rosarote Brille, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena