Bleibt Jung und Rebeliert.

Montag, 8. Dezember 2014

Traveling, cara sederhana tes partner anda.

Saya nyengir-nyengir sendiri membaca postingan grup teman Backpacker Dunia tentang cara tes seseorang, teman, partner entah apapun itu yang Andai sukai (atau mencoba cari-cari waktu untuk menyukai) dengan traveling..wow.
Mata langsung autofokus pada kata traveling tanpa harus ada bantuan kopi, susu hangat, dan sejenisnya. Anda dan teman anda hobi hangout di cafe, mall, makan? ah, tidak seru sekali hidup anda. Bunyinya seperti ini :

""Traveling bisa mengungkap kepribadian seseorang, dari yang sisi yang paling bagus hingga sisi yang paling buruk sekalipun. Bahkan ketika Anda mengalami masalah dengan kekasih Anda, traveling bisa jadi solusi untuk mencoba berbaikan dan menyelesaikan masalah tersebut.""

Tepat. Maksud saya ada benarnya memang seperti itu dan saya benarkan. Saya berikan sedikit penjabarannya. Anggap saja partner, kekasih, teman, kolega, suami, istri anda terlihat manis-manis dan baik-baik saja kepada anda ketika dalam lingkup zona aman, di kantor, di rumah, tempat hang out, cafe, mall... apakah itu cukup menunjukkan sisi asli pada setiap individu?. Traveling, masing-masing orang punya gaya sendiri dalam melakukan kegiatan ini, misal traveling ala backpacker atau ala ransel atau yang lebih extrem dengan koper. 
Menurut saya, seseorang yang anda ajak traveling itu akan terlihat aslinya jika anda menggunakan cara traveling backpacker. Traveling kan banyak cara? memang. Bisa ber-group tour rame-rame sampai 60 orang (terakhir kali ikut saya tidak cocok dengan model ini), touring motor, berempat, bertiga, sendirian, yang paling saya sukai berdua dan jalan kaki sepanjang rute (gempor kaki yang romantis, bukan begitu?). Saya merekomendasikan backpacker berdua-berempat. Backpacker itu unik, sebuah seni tersendiri....  seunik cara packing ransel atau Carrier. Dan sentilan para dedengkot berujar "Packing is the Art of Adventure", sayangnya saya bermasalah total dalam cara packing yang efisien dan  praktis. Nah..... disinilah, sebelum merencanakan traveling, tentunya ada proses persiapan yang harus dilakukan, kemudian timbullah sebuah seni komunikasi yang unik didalamnya. Satu sama lain saling mengingatkan, tepat waktukah, saling memberi solusi packing, saling bagi tugas, saling memberi check list, dsb. Anda bisa merasakannya sendiri bagaimana kecakapan skill partner traveling kita sebelum, disaat, dan sesudah traveling. Nanti, ketika  traveling akan tampak jelas seberapa baik dan setia, seberapa jelalatan, seberapa playboy/playgirl, seberapa pintar membaca peta, seberapa cerdik mengambil keputusan, seberapa kuat memanggul Carrier, seberapa malas, seberapa hobi mendengkur, seberapa mental following-nya, seberapa tepat waktu, seberapa meremehkan hal kecil, seberapa detail, seberapa fokus, seberapa egois, seberapa lambat, dan sebagainya  si partner  anda di dalam traveling. 
Sempat tergelitik juga seminggu lalu  ketika menikmati sebuah pemutaran film Festifal Film Perancis, ada salah satu tokoh dalam film berkata seperti ini :

" Traveler, Photographer, Backpacker should only fall in love with Landscape, not with people"

Saya cukup tahu dan paham , butuh saya jelaskan?. Menyedihkan.
Saya bukan termasuk ketiganya dan tak mau juga fall in love dengan ketiganya (hehehe...), cuma sekedar manusia yang menikmati alam dunia lain dengan perjalanan sendiri atau berdua,yang memang telah dipertemukan untuk  menikmati indahnya setiap lengkungan ciptaan jari Tuhan.

Sekian pengantar sedikit menurut pendapat saya, berikut saya bagikan cuap-cuap dari grup Backpacker Dunia tentang traveling dengan judul:

Ada Satu Cara untuk Mengetes Apakah Ia Jodoh Anda: Ajak Traveling!
A. 
Saat traveling, Anda dan pasangan Anda akan berada di suatu tempat yang asing dan bahkan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tak terduga. Traveling bisa diartikan juga belajar untuk keluar dari zona nyaman, menemui tantangan-tantangan baru. Dan di situlah, Anda bisa melihat bagaimana sikap pasangan Anda saat ia berada dalam keadaan sulit. 
Saat Anda dan pasangan Anda berhasil untuk menaklukkan saat-saat sulit ketika traveling bersama, Anda bisa lebih memantapkan diri untuk menikahi pasangan Anda. Jika sedikit-sedikit pasangan sudah ngambek atau menyerah ketika kesasar misalnya, hmm... mungkin Anda perlu berpikir ulang untuk menikahinya mengingat nanti ketika menikah, Anda dan pasangan Anda akan mengarungi semua suka dan duka bersama-sama.

B.
Traveling memberi kesempatan kita untuk meninggalkan hal-hal biasa dan rutinitas sehari-hari. Dan inilah peluang untuk mengungkap seseorang ketika ia tak lagi dalam rutinitas yang seperti biasa. Pribadi seseorang ketika ia lepas dari kesehariannya bisa jauh berbeda dari pribadi yang terlihat sehari-hari. 
Anda juga bisa mencari watak pasangan Anda yang sebenarnya ketika berada dalam keadaan tertekan. Dunia pernikahan bisa dipenuhi dengan banyak konflik baru. Dan Anda dan pasangan Anda harus siap untuk hal itu. Tes kesiapan Anda dengan mengajak pasangan Anda untuk traveling. Seseorang bisa memiliki "lapisan karakter" yang bermacam-macam. Semua lapisan karakter itu pun tak bisa diperlihatkan semua dalam satu waktu. Untuk menyingkap lapisan karakter yang mungkin selama ini tersembunyi dari pasangan Anda adalah dengan mengajaknya untuk bertualang bersama.
C.
Saat menikah, kita tak bisa menghabiskan semua waktu kita bersama pasangan. Ada saatnya untuk bekerja atau melakukan sesuatunya seorang diri. Traveling ini juga menjadi cara untuk mengetahui seberapa mandiri pasangan Anda. Ketika traveling, kita perlu menjaga diri, melakukan segala sesuatunya seefektif dan seefisien mungkin. 
Kemandirian seseorang bisa terasah sekaligus terlihat ketika ia berada dalam situasi baru yang benar-benar berbeda. Jika selama ini Anda sering meragukan pasangan Anda tentang seberapa mandiri ia mengatur hidupnya, ajaklah ia pergi ke suatu tempat dan lakukan segala sesuatunya secara mandiri.

D.
Anda ingin memiliki pasangan dengan gaya hidup yang seperti apa? Kenali gaya hidup pasangan Anda dengan mengajaknya traveling. Setidaknya nanti ketika sudah menikah, Anda sudah siap untuk mengimbangi atau mengatasi gaya hidup yang dimiliki oleh pasangan Anda. Cari tahu bagaimana ia memanfaatkan uang ketika bepergian. Kenali karakternya ketika sedang lapar atau dalam keadaan yang kurang nyaman. 
Saat menikah, ada banyak hal yang perlu dikompromikan. Kita tak bisa menuntut pasangan kita untuk berubah 100 persen sesuai dengan keinginan kita. Bagaimanapun Anda dan pasangan Anda adalah dua pribadi yang berbeda. Dan pernikahan adalah sebuah ruang untuk bisa membuat Anda dan pasangan Anda saling melengkapi.


Nah.... sudah cukup ter-provokatori dengan saya?. Renungkan dan cobalah. Sekian. Namaste! _/|\_



-FrauD-

© Die Rosarote Brille, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena